Selasa, 19 Juni 2018

Dear Diary....


Dear... Diary....
Hari ini aku pulang dengannya. Di bawah rintik hujan. Kami diam, tak ada satu patah katapun terucap. Dinginnya hujan membuat kami semakin beku. Sampai akhirnya tiba di ujung persimpangan gang rumahku. Dia pamit pulang, aku mengangguk pelan sambil berucap "terimakasih". Kami bepisah.
Sesampaiya dirumah, sebuah pesan masuk, "Jangan lupa basahi kepalamu dengan air hangat, air hujan bisa membuat kamu sakit" begitu bunyi pesannya. Aku hanya tersenyum, menutup pesan tanpa membalasnya.

Dear....Diary....
Hari ini aku sedang marahan dengannya. Ternyata ada yang disembunyikan olehnya selama ini dariku. Menghianatiku? Apa maksudnya?. Handpone ku sedari tadi berdering, puluhan pesan masuk dan puluhan panggilan tak terjawab sengaja aku biarkan. Sedang aku memasang wajah kesal sambil mengutuk dirinya dalam hatinya, apa? menangis? aku tak akan menangis karenanya! Isi pesan hanya permintaan maaf, yang dia kirim sampai menjelang pagi. Untuk apa pikirku? untuk menandakan bahwa ia tak tidur nyenyak semalaman? ah itu hanya akal-akalannya saja. Kita renggang. Tak ada sepasang diam yang pulang bersama lagi sepulang sekolah.

Dear...Diary....
Aku Lulus! Kami hilang kontak. Aku tak tau dia dimana sekarang. Anehnya aku semakin lama malah semakin melupakannya. Tak ada nama dia yang berbekas lagi di deretan memori pikiranku. Bagus! Aku bisa hidup tenang.

Yeahhhhhhh...
Itu adalah sebagian catatan yang dikutip dari diary jadul yang ditemukan di tumpukan buku-buku usang.

Sepasang diam.
Anehnya aku tak pernah rindu dengan suasana itu.
Anehnya memoriku memang benar-benar menghapus semua kejadian yang nyatanya memang harus tersimpan.
Aku biasa saja melihat barang-barang kenanganmu.
Aku biasa saja bahkan saat melihat profile mu sekarang bersama dengan yang lain.
Entahlah, aku yang bebal, atau mungkin memang kenangan itu sederhana untuk dilupakan.
Selamat malam, Semoga kau tenang!


-Maury-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar