Tulisan ini dibuat sebagai pengingat, bahwa di bulan kedua
tahun 2020 dunia dihebohkan dengan adanya virus baru yang mematikan dan
penyebaran sangat cepat. Dunia medis menyebutnya COVID-19, sedangkan masyarakat
sekitar kebanyakan menyebutnya Virus Corona. Virus ini awal mula muncul di
negara tirai bambu, tepatnya di kota Wuhan. Penularan dangat cepat melalui droplet si penderita. Oleh sebabnya
menjaga kebersihan adalah salah satu kunci terhindar dari virus corona.
Rumah sakit tiba-tiba menjadi penuh dengan pasien Covid,
dokter dan perawat menjadi garda terdepan penanganan virus ini. Sampai akhirnya
virus menyebar ke berbagai negara di dunia, tak terkecuali negaraku, Indonesia.
Indonesia pertama kali terpapar virus corona terhitung awal
bulan Maret, diawali dengan seorang pegiat seni dibidang tari berasal dari kota
Depok. Masyarakat menjadi sangat panik, semua orang berbondong-bondong membeli
kebutuhan sehari-hari untuk akhirnya mengurung diri di rumah, meminimalisir
penularan. Korban dari hari ke hari semakin bertambah banyak. Sampai saat ini,
Jumat 17 April 2020 tercatat sudah 5.923 kasus positif, dengan 520 orang meninggal dan 607
orang sembuh yang terbesar di 34 provinsi di Indonesia.
Sebagian masyarakat mengikuti dengan tertib anjuran
#dirumahaja. Namun sebagian yang lain masih saja berjibaku di luar rumah, entah
karena alesan pekerjaan, sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan, atau mungkin
memang ada segelintir orang yang merasa tidak peduli dengan wabah ini. Tipe
orang terakhir memang sangat menyebalkan, tak pernah memikirkan dampak dari
segala perilakunya.
Setiap harinya berita di televisi, surat kabar maupun media
sosial tak pernah absen berbicara tentang Covid-19. Seakan kami semua setiap
hari sudah terbiasa dengan berita buruk. Ikut sedih dan menangis ketika melihat
dokter dan perawat sebagai garda terdepan harus menjadi korban juga. Tak hanya
mereka, profesi polisi, tentara, bahkan supir ambulans pun harus tetap bekerja
untuk membantu memakamkan jenazah korban corona.
Katanya, bumi sedang ingin istirahat dari hiruk pikuk
kehidupan manusia. Planet yang sudah dengan sukarela ditinggali manusia ini
butuh ruang bebas unuk bernapas lega. Tak ingin ada polusi yang pekat seperti
biasa. Tak ingin ada ulah manusia yang ada-ada saja tingkahnya untuk merusak
alam semesta.
Kalau sudah begini keadaannya, tak ada cara lain selain berdoa
kepada Maha Kuasa. Menundukkan kepala, bersuara dengan lirih dan memejamkan
mata, berucap pinta dengan merendahkan diri dengan kesungguhan kita. Tuhan
mungkin rindu dengan suara pinta hambaNya. Karena selama ini kita hanya sibuk
dengan kehidupan dunia yang nyatanya hanya sementara saja.
Bulan Ramadhan satu pekan lagi. Aku dan semua muslim di dunia
tentu mengharapkan keajaiban di bulan yang suci ini. Ingin sekali merasakan
suasana seperti biasa. Berjamaah dan berlomba dalam mencari pahala. Semoga Allah
mengabulkan doa-doa kita, Aamiin.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus