Senin, 12 Maret 2018

Ternyata, Kau Alasannya




Ingatkah kau?
Aku pernah bercerita tentang impianku.
Aku juga pernah mengakui kau menjadi salah satu inspirasinya.
Kala itu kau tersenyum, kuakui manis sekali.
Lantas kau menyemangatiku!

Hei, biarkan ku beritahu.
Walau mungkin kau tak ingin tahu.
Sejak kepergianmu itu, tunggu! aku lebih suka menyebutnya menghilang.
Karena jika menghilang kau pasti punya kekuatan untuk kembali lagi bukan?
Kau hanya perlu menyebut mantranya.
Ya, sejak saat itu kebiaasaanku juga menghilang, seakan ingin ikut bersamamu.

Entahlah!
Aku memutuskan untuk memilih kebiasaan baru.
Yang dengan kbeiasaan itu kuharap ku bisa menghapus memori tentangmu.
Bersusah payah untuk menyangkal hadirnya rindu.
Menghapus bayangmu yang seringkali mengganggu.

Jika begitu, Apakah benar hanya kau alasan atas kebiasaanku?
Kebiasaan yang bisa menghantarkanku kepada mimpiku.
Kau tau rasanya jika seorang traveler kehilangan peta? Tanpa arah bukan?
Mungkin itu yang aku rasa sejak kepergianmu.
Itu artinya aku pernah berbohong.
Karena mengatakan "Kau hanya salah satunya"
Tapi nyatanya?
Kau memang hanya satu-satunya alasan.

Sesuai harapanku.
Dengan jurusmu itu, kini kau kembali.
Melihat tatapan matamu seakan mengajakku untuk kembali melakukan kebiasaan itu.
Dan bodohnya, aku diam-diam menyetujuinya.
Tentu saja di depanmu aku pura-pura menolak.
Mengatakan kita sudah selelsai, jarak itu terlalu renggang untuk disatukan.
Tapi, dengan kehadiranmu kali ini, ku akui aku mendapat inspirasi ku kembali.
Aku tidak mengatakan itu didepanmu!

Biarkan aku berusaha melepaskan, lantas mengikhlaskan.
Dengan mengulang kebiasaanku, namun tanpa adanya kamu disampingku.
Bukankan Ahimsa pernah bilang "Jika cinta yang tidak menyatu, barangkali itu bukan cinta".

-Maury-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar